Senin, 22 November 2010

Samba dan Sahabat, Film Animasi Anak Madrasah

Foto

Jakarta, (www.ummatonline.net) - Direktorat Pendidikan Madrasah Kementerian Agama meluncurkan film animasi tiga dimensi bertajuk Samba dan Sahabat, sebuah kumpulan cerita anak madrasah yang dikemas secara sederhana, namun menarik, lucu dan tidak membosankan.


"Ini film animasi edukasi pertama yang dibuat untuk kepentingan pendidikan madrasah," kata Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Prof Dr Mohammad Ali pada peluncuran film animasi 3D Samba dan Sahabat di Jakarta, Selasa (16/11).


Menurut Ali, kehadiran film itu sangat sesuai dengan program pemerintah membangun karakter bangsa bagi generasi muda terutama anak-anak. "Karakter bangsa yang dimaksud adalah nilai-nilai luhur dari negeri sendiri seperti gotong royong, sopan santun, toleransi, tolong menolong, dan ramah tamah," jelas Dirjen.


Mohammad Ali juga menjelaskan latar belakang mengapa film animasi perlu dibuat. "Film ini bertujuan menanamkan pendidikan karakter bangsa kepada anak-anak Indonesia melalui pendekatan kreatif, inovatif, menyenangkan dan atraktif," katanya seraya mengaku prihatin dengan maraknya tontonan di televisi yang tidak mampu menjadi tuntunan. "Sedikit sekali tayangan yang mengangkat nilai-nilai karakter bangsa kita sendiri," ujarnya.


Direktur Pendidikan Madrasah Ace Saifuddin mengatakan, Indonesia perlu lebih banyak film animasi yang berkarakter lokal. "Anak-anak yang menggemari film animasi superhero barat biasanya cenderung menjadi individual," katanya seraya menambahkan, Samba dan Sahabat bercerita tentang beberapa anak pelajar di sebuah madrasah dengan segala tingkah polah anak-anak namun sarat dengan kearifan lokal.


"Madrasah perlu diketahui oleh masyarakat sebagai center of excelent yang sejajar dengan sekolah umum. Dalam dua tahun terakhir nilai rata-rata ujian nasional siswa Madrasah Tsanawiyah lebih unggul dari sekolah umum. Selain itu, nilai rata-rata ujian nasional prosentasi dan kelulusan siswa madrasah selalu naik dalam lima tahun terakhir," kata Saifuddin.


Dikatakan pula, Direktorat Pendidikan Madrasah telah menyiapkan 26 episode berdurasi 30 menit dengan berbagai judul yang bergenre komedi religi. Dijadwalkan film animasi Samba dan Sahabat tayang 17-28 November di berbagai stasiun televisi, Global TV, Trans 7 dan Sun TV. "Film samba tidak kalah hebat dibanding Ipin dan Upin," ucap Saifuddin.


Penulis naskah Zacky mengungkapkan, Samba dan sahabat adalah kumpulan cerita edukatif tentang kehidupan Samba dan sahabat-sahabatnya, Fadriel, Adnan, Esli dan Nabila. Mereka bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 07 Pondok Damai. Sebagai sebuah drama edukatif film ini selalu berusaha menyajikan nilai-nilai pendidikan yang positif mengenai karakter bangsa, seperti, pendidikan moral dan etika, sikap sosial, gotong royong, tanggung jawab dan pendidikan keagamaan yang dikemas dalam sebuah cerita sederhana sesuai dengan dunia anak-anak. (kadar santoso)

Read More...

Rabu, 03 November 2010

Bukalah Mata dan Hati !!

Kemenag: Pemda Harus Adil pada Madrasah

Foto

Jakarta (www.depag.go.id) - Kementerian Agama mendesak pemerintah daerah di seluruh Indonesia dari tingkat provinsi hingga kabupaten dan kota untuk memberikan perlakuan adil dan tidak diskriminatif pada madrasah. Hal itu karena siswa madrasah adalah warga negara dan memiliki hak untuk diperlakukan sama oleh pemda seperti siswa sekolah negeri.


"Madrasah seharusnya mendapatkan perlakuan adil dan sama seperti daerah memperlakukan sekolah," kata Direktur Pendidikan Madrasah Kemenag, Firdaus, kepada Republika, Jumat, (9/4).


Menurut Firdaus, hingga akhir tahun lalu, jumlah seluruh madrasah tingkat MI, MTS, dan MA di Indonesia mencapai sekitar 40.218 buah. Dari jumlah itu, hanya 8,6 persen berstatus sebagai madrasah negeri. Sisanya 91,4 persen merupakan madrasah swasta yang dibiayai secara swadaya oleh masyarakat.


Firdaus menyebutkan, perbandingan porsi terbalik terjadi pada data jumlah sekolah umum tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK. Sekitar 80 persen sekolah umum di Indonesia berstatus negeri dan sisanya 20 persen swasta. Hal ini berarti jumlah sekolah negeri yang didukung anggaran pemerintah yang bersumber dari pajak masyarakat jauh lebih besar dibandingkan madrasah negeri.


Lebih sedikitnya jumlah madrasah negeri dibandingkan sekolah negeri disebabkan keterbatasan alokasi anggaran. Madrasah negeri hanya mendapatkan alokasi anggaran pengembangan pendidikan dari pemerintah pusat melalui Kementerian Agama.


Sedangkan, sekolah negeri tidak hanya mendapatkan alokasi anggaran pendidikan dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan Nasional, tapi juga pemerintah daerah. Hal itu sehingga pengembangan kuantitas dan kualitas madrasah negeri tidak secepat sekolah negeri.


Menurut Firdaus, sebagian besar pemda tidak bertanggung jawab pada pengembangan pendidikan di madrasah negeri. Mereka menganggap madrasah negeri adalah milik Kemenag, jadi tidak perlu dibiayai anggaran daerah. Sedangkan, sekolah negeri merupakan tanggung jawab bersama pemerintah pusat dan daerah. "Mereka menilai madrasah itu tanggung jawab vertikal pemerintah pusat dan mereka juga menggunakan alasan UU Otonomi Daerah," katanya.(rep/aru/ts)

Diupload oleh : ra (-) | Kategori: Kegiatan Madrasah | Tanggal: 12-04-2010 08:05

Read More...